Opini
Menutup tahun 2014 dengan duka dan pilu atas berita
menghilangnya Pesawat Air Asia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya –
Singapore, menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak. Terutama keluarga korban
dan pihak maskapai penerbangan yang dipimpin oleh Tony Fernandez.
Tepat
hari ini (13/1), ketika membuka email, saya cukup dibuat kaget dengan surat
elektronik yang dikirimkan Tony melalui Email resmi Air Asia. Ternyata, ia mengirimkan
Surat Elektronik kepada seluruh pelanggan setia maskapai miliknya itu. Surat
yang berisikan bahasa Indonesia itu, adalah bentuk usaha yang selalu dilakukan
Tony saat krisis perushaannya berlangsung. Menurut saya, usaha Tony untuk
selalu membuat informasi secara transparan namun tidak keluar dari konteks yang
sudah selalu ditegaskan oleh pihak Air Asia adalah bentuk usaha yang patut mendapat
acungan jempol. Tony dinilai sangat mengerti peran yang sedang ia lakoni. Pendekatan
dan keterbukaan, menjadi taktik yang ia lakukan dalam mengirimkan surat
elektoniknya tersebut. Sebagai contoh, melakoni peran sebagai Chief Executive
Officer perusahaan, ia mampu membuat tenang hati para keluarga korban dengan
langsung terbang menuju Surabaya untuk muncul sebagai wakil dari perusahaan dan
segera melaksanakan press conference.
Ketika perusahaan menghadapi krisis, sudah saatnya
peran CEO atau Chief Executive Officer tidak semata mengurusi bisnis. Namun,
perannya kini telah berkembang menjadi Chief Reputation Officer (CRO). Jelas
Troy Pantouw, wakil ketua umum Perhumas 2011 – 2014 dalam penjelasan yang
dimuat di artikel mix.co.id. Dari beberapa hal yang telah dilakukan Tony
semenjak awal pemberitaan hilangnya Air Asia ramai dibicarakan, seperti langsung mengungkapkan pemikiran dan
janjinya melalui akun twitter pribadi miliknya. Dalam perspektif PR, seperti
inilah hal yang seharusnya dilakukan oleh seluruh pemimpin perusahaan saat
krisis datang. Mengambil kepuusan dan bertindak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan pelanggan untuk semata – mata menjaga reputasi perusahaan.
Air Asia pandai menempatkan diri dalam berhubungan
dengan berbagai pihak, melalui koordinasi yang baik dibawah koordinasi BASARNAS.
Terbukti saat TV One menayangkan salah satu korban yang mengapung dengan
kondisi tidak mengenakan pakaian atau telanjang, pihak Air Asia melakukan
protes dengan mengatas namakan keluarga korban. Serta sikap tanggap Tony
Fernandez yang langsung mengajak dialog dengan keluarga korban setibanya di Surabaya.
Air Asia mampu menjadi penyedia informasi secara rutin, baik menyediakan
hotline layanan telfon atau streaming di Crisis Centre yang disediakan
oleh Angkasa Pura Bandara Internasional Juanda.
Keseriusan sikap Tony Fernandez, menjadikan
pembelajaran baru bagi saya apalagi dengan kaitan ilmu PR yang saya pelajari.
Tony yang selama 19 tahun sukses membangun perusahaan nya dengan segala lika –
liku yang sempat ia rasakan sebelumnya, merupakan cerminan yang bisa mejadi
panutan bagi mahasiswa dalam proses meniti karir hingga mengepakkan sayap
perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar