Selasa, 13 Januari 2015

Tony Fernandez, Reachable & Responsible CEO

Opini

Menutup tahun 2014 dengan duka dan pilu atas berita menghilangnya Pesawat Air Asia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya – Singapore, menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak. Terutama keluarga korban dan pihak maskapai penerbangan yang dipimpin oleh Tony Fernandez.
Tepat hari ini (13/1), ketika membuka email, saya cukup dibuat kaget dengan surat elektronik yang dikirimkan Tony melalui Email resmi Air Asia. Ternyata, ia mengirimkan Surat Elektronik kepada seluruh pelanggan setia maskapai miliknya itu. Surat yang berisikan bahasa Indonesia itu, adalah bentuk usaha yang selalu dilakukan Tony saat krisis perushaannya berlangsung. Menurut saya, usaha Tony untuk selalu membuat informasi secara transparan namun tidak keluar dari konteks yang sudah selalu ditegaskan oleh pihak Air Asia adalah bentuk usaha yang patut mendapat acungan jempol. Tony dinilai sangat mengerti peran yang sedang ia lakoni. Pendekatan dan keterbukaan, menjadi taktik yang ia lakukan dalam mengirimkan surat elektoniknya tersebut. Sebagai contoh, melakoni peran sebagai Chief Executive Officer perusahaan, ia mampu membuat tenang hati para keluarga korban dengan langsung terbang menuju Surabaya untuk muncul sebagai wakil dari perusahaan dan segera melaksanakan press conference.
Ketika perusahaan menghadapi krisis, sudah saatnya peran CEO atau Chief Executive Officer tidak semata mengurusi bisnis. Namun, perannya kini telah berkembang menjadi Chief Reputation Officer (CRO). Jelas Troy Pantouw, wakil ketua umum Perhumas 2011 – 2014 dalam penjelasan yang dimuat di artikel mix.co.id. Dari beberapa hal yang telah dilakukan Tony semenjak awal pemberitaan hilangnya Air Asia ramai dibicarakan,  seperti langsung mengungkapkan pemikiran dan janjinya melalui akun twitter pribadi miliknya. Dalam perspektif PR, seperti inilah hal yang seharusnya dilakukan oleh seluruh pemimpin perusahaan saat krisis datang. Mengambil kepuusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dibutuhkan pelanggan untuk semata – mata menjaga reputasi perusahaan.  
Air Asia pandai menempatkan diri dalam berhubungan dengan berbagai pihak, melalui koordinasi yang baik dibawah koordinasi BASARNAS. Terbukti saat TV One menayangkan salah satu korban yang mengapung dengan kondisi tidak mengenakan pakaian atau telanjang, pihak Air Asia melakukan protes dengan mengatas namakan keluarga korban. Serta sikap tanggap Tony Fernandez yang langsung mengajak dialog dengan keluarga korban setibanya di Surabaya. Air Asia mampu menjadi penyedia informasi secara rutin, baik menyediakan hotline layanan telfon atau streaming di Crisis Centre yang disediakan oleh Angkasa Pura Bandara Internasional Juanda.
Keseriusan sikap Tony Fernandez, menjadikan pembelajaran baru bagi saya apalagi dengan kaitan ilmu PR yang saya pelajari. Tony yang selama 19 tahun sukses membangun perusahaan nya dengan segala lika – liku yang sempat ia rasakan sebelumnya, merupakan cerminan yang bisa mejadi panutan bagi mahasiswa dalam proses meniti karir hingga mengepakkan sayap perusahaan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar