Biografi
(Elizabeth Goenawan Ananto, dua dari kiri. bersama tokoh PR dunia lainnya saat menghadiri acara yag diselenggarakan IPRA di US)
Elizabeth Goenwan Ananto, atau akrab disapa EGA.
Adalah perempuan kelahiran Bandung yang telah berhasil mengharumkan nama
Indonesia ke dunia PR internasional. Kiprahnya didunia PR tidak diragukan lagi,
terbukti dengan terpiihnya beliau sebagai presiden organisasi PR internasional
yang bermarkas di London, United Kingdom, IPRA (Internasional PR Association)
pada tahun 2010.
Sosoknya, telah diakui oleh banyak tokoh PR di
Indonesia. Beliau pun pantas dinobatkan sebagai komunikator asli Indonesia yang
telah sukses mengepakkan sayapnya di dunia Internasional. Tentunya, keberhasilan
itu tidak diraih dengan cara yang instan. Berbekal dengan sikap konsisten
terhadap apa yang ia tekuni, membuat beliau menduduki posisi sebagai ketua IPRA
setelah 17 tahun memberikan kontribusinya secara aktif.
Menurutnya, PR adalah satu strategi komunikasi yang
diberikan secara berstrategi. Artinya, harus ada strategi tak hanya sekadar
komunikasi. “Jadi, tak bicara blak-blakan, ‘telanjang’, tapi menjelaskan yang
tak diketahui publik,” urai ibu yang memiliki dua anak ini. Dunia PR telah
melekat dalam diri beliau, walaupun beliau adalah lulusan sarjana sastra
Inggris dari Universitas Padjajaran, Bandung
Memiliki jam terbang tinggi di bidang PR kemudian
mendapat kepercayaan hingga tingkat dunia diakui tak lepas dari campur tangan
Tuhan bagi keluarganya. Sosoknya menjadi sosok yang dikagumi banyak pihak,
termasuk mahasiswa. Dengan banyakya ilmu PR yang dimiliki, berpengalaman dalam
lingkup nasional maupun internasional, dan sikap rendah hati yang ditunjukkan.
Dibalik latar belakang terkait dunia PR yang begitu
membuat namanya melambung tinggi, Ega layaknya seorang ibu kebanyakan. Beliau masih
menyempatkan untuk asik didapur untuk menyiapkan makanan bagi keluarganya. Tak heran,
beliau juga seorang pecinta kuliner. Beliau selalu meluangkan waktu untuk memburu
kuliner khas ketika sedang mengujungi daerah – daerah tertentu. Karier dan keluarga, adalah dua komponen yang sangat
beliau atur dengan rapih sehingga beliau tidak memiliki kendala secara berarti.
Menghabiskan waktu dari senin hingga kamis untuk bekerja, dan jumat sampai
minggu adalah family time. Dalam berbagai kesempatan baik dalam maupun
luar negeri, ia menyertakan suami dan kedua anaknya. Dengan demikian, mereka
tahu bahwa apa yang ia kerjakan. Dalam bekerja, ia punya filosofi. Pekerjaan
haruslah sesuatu yang dapat dinikmati, bukan dilakukan karena tugas atau
mengejar uang. Setelah bekerja selama 30 tahun, ia semakin yakin bahwa dalam
menjalani hidup harus bertindak sebagaimana apa adanya dan dengan semangat
berbagi dan memberi apapun bentuknya. ”Apa yang kita tanam, itu yang akan kita
petik,” katanya.
(Kebersamaan kami dalam rangkaian campaign kebersihan dunia "Clean Up The World di Semarang", Bu Ega,tiga dari kiri. megenakan baju CUTW warna hitam. )
(Kebersamaan kami dalam rangkaian campaign kebersihan dunia "Clean Up The World di Semarang", Bu Ega,tiga dari kiri. megenakan baju CUTW warna hitam. )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar