Memahami lebih jauh dunia Public
Relations, dengan berbagai macam kegiatannya. Akan membuat kita menyadari satu
hal yang paling signifikan. Ialah kedekatan hubungan antara praktisi PR dengan
suatu media massa atau awak media (wartawan). Dilihat dari sudut pandang media.
Dalam harfiah tata bahasa, media berasal dari kata medium yang berarti
alat. Media ialah alat atau sarana yang dapat dimanfaatkan oleh pihak – pihak
yang memiliki kepentingan dalam proses penyampaian pesan. Pihak tersebut
terbagi lagi kedalam beberapa klasifikasi. Ada masyarakat umum, yang ingin
menyampaikan aspirasi / pendapat pribadi. Jajaran pemerintahan, yang memiliki
tujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap warga negara.
Juga dari kalangan perusahaan / organisasi. Biasanya, dalam sebuah perusahaan /
organisasi, terdapat spoke person. Spoke person / PR lah yang bertindak
sebagai penjembatan informasi antara stake holder atau masyarakat secara
keseluruhan dan internal perusahaan yang dalam hal ini bisa disebut share holder.
Tentunya dalam
proses penyampaian pesan, seorang praktisi humas atau PR membutuhkan media yang
tepat dan akurat. Dengan tujuan, pesan yang ingin disampaikan organisasi,
perusahaan atau instansi dapat diterima dengan jelas kepada pihak yang dituju. Setiap
jenis-jenis dari media massa memiliki sifat-sifat khasnya oleh sebab itu penggunaannya
juga harus diperhitungkan sesuai kemampuan dan sifat khasnya. Berikut
adalah karakteristik umum yan dimiliki oleh media massa,
- Publisitas yaitu yang disebarluaskan kepada masyarakat atau publik.
- Universalitas yaitu pesannya yang bersifat umum, mengenai segala aspek kehidupan
serta semua peristiwa di berbagai tempat, maupun menyangkut mengenai
kepentingan umum sebab sasarannya masyarakat umum.
- Kontinuitas yaitu berkesinambungan sesuai dengan priode mengudara ataupun
jadwal terbitnya.
- Aktualitas yaitu yang berisi hal-hal baru. Aktualitas dapat diartikan
kecepatan penyampaian informasi kepada masyarakat umum.
- Periodisitas yaitu tetap atau berkala. Seperti misalnya harian, mingguan,
ataupun siaran sekian beberapa jam per harinya.
Menjadi seorang
PR dituntut untuk bertindak & berfikir secara cepat dan tepat. Responsible, Knowledgable, dan Reachable
adalah karakter lain yang dibutuhkan publik terhadap pemimpin / spoke person
suatu instansi dan juga perusahaan.
(Petty Fatimah, seminar nasional Perhumas ’14). Oleh karena itu, salah satu kemampuan penting yang harus dikuasai oleh praktisi PR adalah
menjalin hubungan baik dengan kalangan media massa. Media massa sebagai alat,
adalah prioritas utama spoke person dalam proses penyampaian pesan.
Seorang humas harus berdiri di garda paling depan perusahaan, dan harus turut
hadir dalam proses awal hingga akhir. ( Putra Nababan, seminar nasional
Perhumas ’14). “PR is the brain of the company”. PR adalah otak dari
perusahaan. PR juga lah yang mengatur strategi komunikasi, penyampaian
informasi kepada stake maupun share holder. Humas maupun PR harus memiliki
modal dalam aktualisasi berbagai kegiatannya. Dalam konteks kali ini, memiliki
hubungan yang baik dengan media massa adalah suatu modal investasi jangka
panjang yang tidak ternilai oleh materi.
Berbicara
investasi jangka panjang, tentu penggelut ilmu komunikasi sepakat bahwa dunia
komunikasi yang digeluti ini bersifat investasi jangka panjang. Tidak ada tolak
ukur berbentuk satuan yang dapat mengukur kinerja keberhasilan seorang PR. Namun dari banyaknya hubungan baik yang
tercipta, respon atau tanggapan yang sangat baik dari calon konsumen terhadap
suatu produk perusahaan, adalah bentuk nyata dari kegiatan – kegiatan seorang
humas / PR beserta instansinya.
PR harus dekat
dengan wartawan. Dalam hubungan atau tidak dalam hubungan dinas, PR harus
menyediakan waktunya untuk bergaul dengan mereka. Binalah komunikasi pribadi
(interpersonal communications) yang baik dengan wartawan di mana dan kapan
saja. Seorang PR mesti sudi bekerja keras. Banyak PR yang mampu menyusun siaran
pers, tetapi sangat langka yang mau bertindak sebagai wartawan. Mereka merasa
cukup mengundang wartawan untuk menghadiri suatu acara atau konferensi pers.
Sulit mencari staf PR yang mau proaktif menyusun berita begitu acara selesai.
Siaran pers hanyalah berita yang direncanakan. Kenyataannya banyak hal yang
menarik yang mungkin muncul saat acara atau konferensi pers berlangsung.
Karenanya staf PR yang profesional harus bisa mengubah diri menjadi wartawan.
Semua fakta yang menarik harus bisa dikumpulkan dan disusun selayaknya berita.
Semuanya harus dikerjakan di tempat kejadian secara cepat dan segera dibagikan
kepada para wartawan yang hadir. Ini penting, agar berita bisa diterbitkan
sesuai keinginan PR. Naskah berita juga dikirim ke media yang tak mengirimkan
wartawannya, dengan bantuan faksimile atau modem Serba-Serbi Pers Cetak Di
negara-negara majui yang sudah bebas buta huruf, media berita seperti koran,
radio, dan televisi merupakan wahana utama penyebaran informasi atau
pesan-pesan ke-PR-an.
Kesimpulan
Bekerja sama dengan media itu, mutlak.
(Benny, Semiar nasional Perhumas ’14). Public
Relatoin (PR) pada dasarnya bertumpu pada komunikasi dan relasi. Melalui PR,
organisasi berkomunikasi dan menjalin relasi dengan publik-publiknya. Dalam
menjalin komunikasi dan relasi publik-publiknya, organisasi memerlukan media
massa. Karena itu media relations menjadi bidang penting dalam dunia PR. Ada
dua sisi yang hendak dijangkau melalui media relations. Pertama, menjalin
hubungan baik dan berkomunikasi dengan media massa. Kedua, menjadikan media
massa sebagai mitra agar organisasi bisa berkomunikasi dengan publik-publiknya.
Itu sebabnya, media relations menjadi sangat strategis bagi organisasi. Lebih
jauh lagi, dalam berkomunikasi dan menjalin relasi itu, organisasi pun
menggunakan media massa untuk menjaga reputasinya. Oleh sebab itu, penting
sekali bagi (calon) praktisi PR untuk memahami seluk beluk dunia media massa.
Untuk bisa memahami media massa, mereka perlu memahami mediascape Indonesia
mutakhir. Karena dunia media massa Indonesia mengalami perubahan mendasar sejak
reformasi bergulir di Indonesia. Ditambah lagi dengan munculnya media baru,
khususnya yang memanfaatkan internet, yang memungkinkan juga munculnya praktek
e-public relations atau cyber-public relations.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar