Senin, 12 Januari 2015

Hubungan Media dengan Public Relations

Artikel
Memahami lebih jauh dunia Public Relations, dengan berbagai macam kegiatannya. Akan membuat kita menyadari satu hal yang paling signifikan. Ialah kedekatan hubungan antara praktisi PR dengan suatu media massa atau awak media (wartawan). Dilihat dari sudut pandang media. Dalam harfiah tata bahasa, media berasal dari kata medium yang berarti alat. Media ialah alat atau sarana yang dapat dimanfaatkan oleh pihak – pihak yang memiliki kepentingan dalam proses penyampaian pesan. Pihak tersebut terbagi lagi kedalam beberapa klasifikasi. Ada masyarakat umum, yang ingin menyampaikan aspirasi / pendapat pribadi. Jajaran pemerintahan, yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap warga negara. Juga dari kalangan perusahaan / organisasi. Biasanya, dalam sebuah perusahaan / organisasi, terdapat spoke person. Spoke person / PR lah yang bertindak sebagai penjembatan informasi antara stake holder atau masyarakat secara keseluruhan dan internal perusahaan yang dalam hal ini bisa disebut share holder.
Tentunya dalam proses penyampaian pesan, seorang praktisi humas atau PR membutuhkan media yang tepat dan akurat. Dengan tujuan, pesan yang ingin disampaikan organisasi, perusahaan atau instansi dapat diterima dengan jelas kepada pihak yang dituju. Setiap jenis-jenis dari media massa memiliki sifat-sifat khasnya oleh sebab itu penggunaannya juga harus diperhitungkan sesuai kemampuan dan  sifat khasnya. Berikut adalah karakteristik umum yan dimiliki oleh media massa,
-         Publisitas yaitu yang disebarluaskan kepada masyarakat atau publik.
-         Universalitas yaitu pesannya yang bersifat umum, mengenai segala aspek kehidupan serta semua peristiwa di berbagai tempat, maupun menyangkut mengenai kepentingan umum sebab sasarannya masyarakat umum.
-         Kontinuitas yaitu berkesinambungan sesuai dengan priode mengudara ataupun jadwal terbitnya.
-   Aktualitas yaitu yang berisi hal-hal baru. Aktualitas dapat diartikan kecepatan penyampaian informasi kepada masyarakat umum.
-    Periodisitas yaitu tetap atau berkala. Seperti misalnya harian, mingguan, ataupun siaran sekian beberapa jam per harinya.
Menjadi seorang PR dituntut untuk bertindak & berfikir secara cepat dan tepat.  Responsible, Knowledgable, dan Reachable adalah karakter lain yang dibutuhkan publik terhadap pemimpin / spoke person suatu instansi dan juga perusahaan.  (Petty Fatimah, seminar nasional Perhumas ’14). Oleh karena itu, salah satu kemampuan penting yang harus dikuasai oleh praktisi PR adalah menjalin hubungan baik dengan kalangan media massa. Media massa sebagai alat, adalah prioritas utama spoke person dalam proses penyampaian pesan. Seorang humas harus berdiri di garda paling depan perusahaan, dan harus turut hadir dalam proses awal hingga akhir. ( Putra Nababan, seminar nasional Perhumas ’14). “PR is the brain of the company”. PR adalah otak dari perusahaan. PR juga lah yang mengatur strategi komunikasi, penyampaian informasi kepada stake maupun share holder. Humas maupun PR harus memiliki modal dalam aktualisasi berbagai kegiatannya. Dalam konteks kali ini, memiliki hubungan yang baik dengan media massa adalah suatu modal investasi jangka panjang yang tidak ternilai oleh materi.
Berbicara investasi jangka panjang, tentu penggelut ilmu komunikasi sepakat bahwa dunia komunikasi yang digeluti ini bersifat investasi jangka panjang. Tidak ada tolak ukur berbentuk satuan yang dapat mengukur kinerja keberhasilan seorang PR.  Namun dari banyaknya hubungan baik yang tercipta, respon atau tanggapan yang sangat baik dari calon konsumen terhadap suatu produk perusahaan, adalah bentuk nyata dari kegiatan – kegiatan seorang humas / PR beserta instansinya.
PR harus dekat dengan wartawan. Dalam hubungan atau tidak dalam hubungan dinas, PR harus menyediakan waktunya untuk bergaul dengan mereka. Binalah komunikasi pribadi (interpersonal communications) yang baik dengan wartawan di mana dan kapan saja. Seorang PR mesti sudi bekerja keras. Banyak PR yang mampu menyusun siaran pers, tetapi sangat langka yang mau bertindak sebagai wartawan. Mereka merasa cukup mengundang wartawan untuk menghadiri suatu acara atau konferensi pers. Sulit mencari staf PR yang mau proaktif menyusun berita begitu acara selesai. Siaran pers hanyalah berita yang direncanakan. Kenyataannya banyak hal yang menarik yang mungkin muncul saat acara atau konferensi pers berlangsung. Karenanya staf PR yang profesional harus bisa mengubah diri menjadi wartawan. Semua fakta yang menarik harus bisa dikumpulkan dan disusun selayaknya berita. Semuanya harus dikerjakan di tempat kejadian secara cepat dan segera dibagikan kepada para wartawan yang hadir. Ini penting, agar berita bisa diterbitkan sesuai keinginan PR. Naskah berita juga dikirim ke media yang tak mengirimkan wartawannya, dengan bantuan faksimile atau modem Serba-Serbi Pers Cetak Di negara-negara majui yang sudah bebas buta huruf, media berita seperti koran, radio, dan televisi merupakan wahana utama penyebaran informasi atau pesan-pesan ke-PR-an.

Kesimpulan
Bekerja sama dengan media itu, mutlak. (Benny, Semiar nasional Perhumas ’14).  Public Relatoin (PR) pada dasarnya bertumpu pada komunikasi dan relasi. Melalui PR, organisasi berkomunikasi dan menjalin relasi dengan publik-publiknya. Dalam menjalin komunikasi dan relasi publik-publiknya, organisasi memerlukan media massa. Karena itu media relations menjadi bidang penting dalam dunia PR. Ada dua sisi yang hendak dijangkau melalui media relations. Pertama, menjalin hubungan baik dan berkomunikasi dengan media massa. Kedua, menjadikan media massa sebagai mitra agar organisasi bisa berkomunikasi dengan publik-publiknya. Itu sebabnya, media relations menjadi sangat strategis bagi organisasi. Lebih jauh lagi, dalam berkomunikasi dan menjalin relasi itu, organisasi pun menggunakan media massa untuk menjaga reputasinya. Oleh sebab itu, penting sekali bagi (calon) praktisi PR untuk memahami seluk beluk dunia media massa. Untuk bisa memahami media massa, mereka perlu memahami mediascape Indonesia mutakhir. Karena dunia media massa Indonesia mengalami perubahan mendasar sejak reformasi bergulir di Indonesia. Ditambah lagi dengan munculnya media baru, khususnya yang memanfaatkan internet, yang memungkinkan juga munculnya praktek e-public relations atau cyber-public relations.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar