Senin, 29 Desember 2014

Resensi Buku ; Analisis Pers; Teori dan Praktik


Judul Buku                  : Analisis Pers: Teori dan Praktik
Penulis                         : Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D
Penerbit                       : Cahaya Atma Pustaka
Tahun Terbit                : 2011
Tebal Halaman            : 248 halaman
Harga Buku                 : Rp 35.000,-



            Tidak semua orang menggemari kegiatan membaca sebuah buku. Padahal dengan membaca buku, kita dapat mengetahui banyak hal mengenai yang terjadi di dunia ini baik yang ada disekitar kita maupun yang berada jauh disana. Tanpa membaca buku pun, dunia terasa sempit bagaikan daun kelor. Oleh karena itu, banyak penulis buku yang menulis buku dengan sebaik – baiknya serta berbagai perancang sampul buku yang mendesign sampul buku tersebut menjadi lebih menarik sehingga ‘menyihir’ para pembaca untuk membaca buku tersebut.
            Buku – buku mengenai teori serta beberapa hal mengenai kehidupan dunia jurnalistik pun sudah banyak dipasarkan. Namun, kesadaran bagi kaum muda untuk bergelut dibidang jurnalistik masih terbilang minim. Banyak dari mereka tidak mengerti bagaimana cara menjadi jurnalis yang baik. Banyak juga yang hanya bisa mengandalkan teori semata tanpa pernah melakukan praktiknya dan begitu juga sebaliknya. Adapun yang sudah mulai mencoba menjadi pers didunia massa namun hanya sekadar ‘menjadi’ tanpa belajar untuk menjadi pers yang baik.
            Buku berjudul ANALISIS PERS: TEORI DAN PRAKTIK ini mengantarkan kita kedalam sebuah pemahaman mengenai bagaimana menjadi seorang jurnalis yang baik melalui analisis – analisis pers selama ini. Didalam buku ini terdapat contoh kongkret bagaimana cara menganalisis pers. Informasi – informasi yang terdapat didalamnya melengkapi konsep dan prinsip dasar pers. Tidak hanya itu, melalui buku ini juga penulis ingin mengajak kita untuk tidak hanya sekadar memahami mengenai teori saja, tetapi juga untuk menuliskan hasil pengamatannya.
            Didalam buku ini mengulas beberapah hal mengenai aktivitas pers, faktor ekonomi pers, kiat – kiat dalam menyajikan berita, sistem pers, kontrol dalam kehidupan pers, ukuran eksistensi sebuah pers, hingga contoh hasil analisis pers. Pembahasan dalam buku ini sebagian besar bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari banyak orang mengenai asal mula analisis pers. Selain itu juga untuk menuntun para mahasiswa agar dapat menganalisis pers dengan baik.
            Walaupun terbilang masih baru karena belum lama terbit, namun buku ini sudah mampu membuat sebagian pembacanya terhipnotis dan tertarik untuk mulai menjadi seorang jurnalis. Dari segi tampilan fisik pun, buku ini bisa dibilang cukup menarik mata pasaran  pembaca. Sampul berwarna merah marun dengan gambar TV, kamera, serta radio yang memang identik menggambarkan pekerjaan jurnalis pun cukup membuat mereka yang tertarik dengan bidang jurnalistik tergoda untuk membacanya. Ukuran buku yang standar (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) serta ketebalan buku yang wajar membuat pembaca tidak sulit untuk menjangkau isi dari buku ini. Mengenai kebaruan dan aktualisasi buku ini cukup terangkat mengingat buku ini baru saja diterbitkan tahun ini dan contoh – contoh peristiwa yang disajikan pun masih terbilang hangat untuk dibicarakan.
            Sayangnya, dalam buku ini tidak memunculkan ilustrasi gambar yang menarik sehingga membuat pembaca mudah bosan dan tidak tertarik untuk membaca buku ini hingga selesai. Selain itu, pemilihan kata juga penggunaan bahasa yang berat menjadikan para pembaca awam sulit menjangkau makna dari isi buku tersebut. Pemilihan kata yang terlalu kaku membuat mahasiswa yang memang menjadi sasaran utama buku ini mudah bosan dan tidak tertarik untuk membacanya.
            Lebih lanjut mengenai susunan dan rangkaian isi, buku ini terbagi menjadi beberapa sub bab. Beberapa sub bab mengangkat topik tersendiri sesuai dengan judul pokok dari buku. Buku ini juga disertai dengan daftar pustaka yang lengkap serta data – data yang memadai untuk menghadirkan informasi seputar pers yang memang pembahasan pokok dari buku ini.

            Oleh karena itu, jelaslah sudah bahwa buku ini cukup dianjurkan untuk dibaca karena memiliki nilau guna yang tinggi. Buku ini cukup memberikan berbagai informasi lengkap mengenai pers yang akan membuat pembacanya well informed. Dengan membaca buku ini, kita jadi dapat memahami lebih banyak mengenai bagaimana menjadi pers yang baik serta tahu cara menganalisis pers terutama bagi mereka yang tertarik dibidang jurnalistik.

Resensi Buku : Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993 - 1996


Judul Buku   : Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993-1996
Penulis          : Ahmad Bahar
Penerbit        : Pena Cendekia, Jl. Pandean II, Condong Catur, Yogyakarta
Tahun Terbit : 1996
Tebal Hal.     : 172

Membaca sebuah buku merupakan hal yang tak semua orang gemari. Namun tanpa membaca buku dunia terasa sempit bagaikan daun kelor. Oleh karenanya banyak penulis yang berusaha menyusun buku dengan sebaik-baiknya, banyak pendesain sampul yang berusaha mengemas buku tersebut menjadi menarik agar mampu menyita pasar pembaca. Salah satunya dengan membaca buku biografi tokoh agar kita mampu meneladani jasa-jasa yang telah beliau berikan.
Buku yang berjudul Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993-1996 ini mengisahkan tentang sesosok politikus wanita dalam ranah perpolitikan tanah air yang menarik untuk disimak. Dan ternyata  putri presiden pertama RI Soekarno yakni Megawati Soekarno Putri mampu menjadi figur pemimpin wanita yang pandai berpolitik di tengah gencangnya pesta perpolitikan Indonesia.
Mengamati fenomena Megawati adalah cerminan dari kehidupan politik itu sendiri sehingga sangat mungkin banyak orang ingin mengetahui lebih jauh siapa Megawati itu sesungguhnya. Buku biografi ini dibuat untuk mencoba mengetahui lebih jauh sosok serta figur Megawati dalam kiprahnya dalam kehidupan politik di tanah air.
Walaupun tercetak dan terbit beberapa tahun yang lalu, dari segi tampilan fisik buku ini mampu menarik simpati para pembacanya. Artinya, kover buku jelas, berwarna merah menyala, layout bergambar sosok Megawati dengan mengangkat tangannya, menunjukan ilustrasi yang kuat akan figur politik yang terbakar api semangat perjuangan. Beberapa ilustrasi gambar lucu dan penuh makna tersirat pun disajikan dalam setiap rentang halaman. Ukuran buku standar tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil serta ketebalan halaman yang mudah dijangkau oleh setiap pembaca dalam memahami isi buku tersebut. Sayangnya, karena dicetak belasan tahun yang lalu jenis kertas sangat usang sehingga kurang menyempurnakan tampilan buku ini.
Dalam hal penyusunan kalimat secara teknik, buku ini menggunakan ejaan masa kini bukan tempo dulu, penulisan tanda baca tepat, pemilihan kata menggunakan KBBI yang benar, gaya penulisan yang sesekali menggunakan majas, terdapat sedikit istilah asing atau kata serapan seperti priyayi, dawuh dan istiqomah namun diberi keterangan berikut penjelasan, serta isinya disusun secara runtut. Akan tetapi mengenai kebaruan atau aktualisasi buku ini kurang terangakat,  karena buku ini bercerita tentang biografi atau riwayat hidup seorang tokoh bukan mengenai isue yang sedang berkembang hangat saat ini.
Lebih lanjut mengenai susunan dan rangkaian isi, buku ini terbagi menjadi beberapa sub bab. Setiap sub bab mengangkat judul topik tersendiri sesuai dengan judul pokok buku. Buku ini juga disertai daftar pustaka yang lengkap serta data-data yang memadai untuk menghadirkan informasi seputar Megawati, meskipun catatan-catatan tertentu tidak diberikan.

Oleh karena itu jelaslah sudah bahwa dengan membaca buku Biografi Megawati, pembaca sangat diuntungkan karena dapat memetik nilai guna yang terkandung di dalamnya. Buku tersebut mencoba menjawab sejumlah pertanyaan dan secara cerdas menjelaskan siapa Megawati sebenarnya. Dengan membaca buku tersebut pembaca sedikit memahami apa saja yang dilakukan Megawati dalam memajukan negeri ini meski berperan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Disamping itu, buku yang didesain oleh Team Pena ini juga mampu menampilkan bacaan yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

Pekerjaan Tidak Mengenal Usia

Feature
                  Seperti biasanya, suasana kota Yogyakarta pagi itu cukup ramai dengan mereka yang ingin memulai aktivitasnya masing – masing. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang serta para pejalan kaki yang memilih untuk tidak menggunakan kendaraan dalam aktivitasnya menambah kepadatan suasana kota Yogyakarta kala itu. Terutama ketika melewati perempatan maupun pertigaan lampu lalu lintas. Banyak sekali dijumpai bermacam – macam seniman jalanan dari berbagai usia mulai dari yang berusia dewasa hingga anak kecil sekalipun. Mereka sudah berusaha mencari nafkah dari pagi meskipun dengan caranya yang beraneka ragam. Bernyanyi dari satu kendaraan ke kendaraan lain, berjoget untuk menghibur para pengguna jalan, memainkan berbagai macam seni tradisional Indonesia (seperti kuda lumping contohnya), hingga hanya memainkan alat musik sederhana sekalipun mereka lakukan demi mencari sesuap nasi.
            Kini pemandangan – pemandangan seperti halnya seniman – seniman jalanan hingga pengemis pun sudah sangat sering dijumpai diberbagai sudut jalan. Sudah tidak asing lagi apabila melihat banyaknya para masyarakat minoritas yang mencari nafkah dijalanan, bahkan anak dibawah umur pun sudah mulai dipaksa untuk ikut mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya. Sangat memprihatinkan melihat anak yang seharusnya menuntut pendidikan dibangku sekolah justru malah berkeliaran dijalan, mendatangi satu kendaraan ke kendaraan lain, serta meminta belas kasihan para pengguna jalan untuk mendapatkan sesuap nasi.
            Terlihat banyak sekali anak – anak dibawah umur yang berkeliaran diajalanan mencari uang untuk makan mereka hari itu. Hal tesebut sungguh sangat menggunggah hati para pengguna jalan terutama ketika ada yang bertanya mengapa mereka berada disana dan bukannya berada dibangku sekolah, justru mereka dengan polosnya menjawab, “bagaimana bisa saya bersekolah jika untuk makan saja saya masih harus bersusah payah untuk mendapatkannya”. Jawaban yang singkat namun mampu menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Namun apapun alasan mereka, tidak seharusnya mereka berada dijalanan untuk mencari nafkah karena belum saatnya anak seusia mereka melakukan hal tersebut. Pendidikan yang seharusnya menjadi prioritas utama mereka justru malah mereka kesampingkan demi pekerjaan yang bukan selayaknya mereka lakukan.
            Terkadang, pihak orangtua bukannya melarang mereka untuk mencari nafkah justru malah memaksa mereka untuk melakukan hal tersebut. Orangtua yang menganggap pendidikan tidaklah lebih penting dari uang seringkali memperbudak anak – anaknya untuk membanting tulang mencari nafkah demi kebutuhan sehari – hari keluarga mereka. Pernah suatu hari terlihat seorang anak mengeluh kepada orangtuanya atas perilaku tersebut. Anaknya berkata, “kenapa harus saya yang bekerja seperti itu, bu? Saya ingin bersekolah selayaknya anak – anak lain seusia saya.” Dan dengan cueknya sang ibu menjawab, “kalau memang kamu ingin sekolah, carilah uang yang banyak dan jangan membantah!”
            Hal seperti ini haruslah menjadi perhatian pemerintah saat ini. Para anak – anak yang seharusnya berada dibangku pendidikan justru malah berkeliaran luntang lantung dijalanan mencari segelintir uang untuk makan sehari – hari. Bagaimana mungkin negeri ini bisa maju jika para bibit penerus bangsa saja tidak dapat merasakan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Disinilah peranan pemerintah harus diciptakan. Bukan hanya sekadar perihatin, namun juga seharusnya pemerintah menegaskan kebijakan yang menjadikan anak – anak jalanan tersebut berada dibangku pendidikan bukannya justru malah berada dijalanan. Tanpa mereka, Indonesia akan kehilangan bibit – bibit penerus bangsa dimasa depan

Senin, 20 Oktober 2014

Open Recruitment 5th Generations of Perhumas Muda Yogyakarta 2014

Pagi itu terdengar suara ketukan pintu kamar dan suara yang memanggil nama saya secara kencang. “Laaaaaa...” saya pun terbangun dari tidur dan segera melihat jam di handphone Samsung berwarna putih. Jam tersebut menunjukkan pukul 6.29 AM. Dan saya langsung mejawab panggilan dari teman yang memanggil saya “Ya Put...”   saya merasa sangat berterima kasih kepada Putri. Andai saja Putri tidak mengetuk pintu kamar saya, ntah apa jadinya jadwal yang sudah saya rencanakan. Sejujurnya, pagi itu saya sudah memiliki agenda bersama teman dari organisasi yang saya ikuti. Saya bersama teman – teman akan mengadakan Open Recruitment untuk menjaring anggota baru dalam organisasi kami. Acara tersebut dijadwalkan berlangsung mulai jam 8.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Sadar akan keterbatasan waktu yang saya punya untuk bersiap – siap, saya segera beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Setelah menghabiskan waktu selama 45 menit untuk mandi, memakai baju sesuai yang telah ditentukan, dan melakukan riasan pada wajah dan rambut saya secara natural , segera saya keluar dari kamar dan mengunci pintu kamar untuk mengendarai kendaraan roda dua lalu pergi ke Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, tempat pelaksanaan Open Recruitment .
Jam menunjukkan pukul 07.45 ketika saya tiba di tempat pelaksanaan Open Recruitment. Terlihat beberapa peserta yang sudah berada di tempat dan siap untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD). Kali ini, kami sepakat membuat konsep acara Open Recruitment tahap pertama berbentuk FGD. Dengan tujuan, untuk melihat seberapa jauh pengetahuan peserta mengenai dunia Public Relations  sesusai dengan kasus yang diberikan. Tak hanya itu, cara peserta membawa diri ke dalam kelompok FGD , cara menjawab pertanyaan, dan tingkat keaktifan peserta juga akan dinilai pada Open Recruitment tahun ini. Kasus yang akan diberikan tak jauh dari dunia Public relations. Perhumas Muda Yogyakarta. Ya, organisasi kami adalah organisasi yang secara aktif bergelut  didunia PR.
Ketika melihat semangat peserta untuk mengikuti FGD, saya dan panitia yang lain menjadi lebih bersemangat dari pada siapapun pada hari itu. 18 Oktober 2014, adalah hari yang membuat kami mendapat kesempatan menjadi panelis dan notulen untuk setiap kelompok dan membahas secara mendalam mengenai materi kasus yang telah kami persiapkan. Ada 4 kelompok pada masing – masing sesi yang terdiri dari 6 peserta. Dalam sesi FGD yang telah dipersiapkan, panelis dan notulen sudah dapat membaca karakter peserta. ada yang sangat mendominasi situasi, pendiam, penengah, bahkan ada satu peserta yang senang sekali memancing emosi dari peserta 1 kelompoknya. Bagi saya dan teman – teman, bertemu dengan orang baru dan memahami karakter dari masing – masing peserta adalah pengalaman lain yang sangat berharga.  
Sesi 1 FGD dilaksanakan selama 45 menit dan selesai pada pukul 9.30 pagi. Setelah selesai melakukan FGD, peserta sesi 1 dipersilahkan untuk pindah keruangan utama untuk menyantap snack yang telah dipersiapkan panitia dan dipandu oleh MC untuk melakukan sedikit ice breaking. Ice breaking ini bertujuan agar menghilangkan stress peserta selepas melakukan FGD. Tepat pada pukul 10.00 peserta sesi 1 FGD sudah dipersilahkan untuk pulang. Tak lama peserta sesi 2 FGD pun berdatangan. Sesi 2 FGD dimulai pada pukul 10.30   dan berakhir pada pukul 11.15 siang.  Konsep pada sesi 2 tak berbeda dari sesi 1 FGD. Acara pun berhasi dilakukan hingga selesai sesuai dengan rundown yang telah dibuat.
Saya sangat senang karena sebagai koordinator acara sekaligus timer, acara FGD berjalan sesuai rencana dengan sangat lancar. Hanya terdapat sedikit hambatan yang tak urung meruntuhkan kreatifitas saya dan teman – teman panitia untuk dapat menyelesaikan Open Recruitment tahun ini secara sempurna. 

Minggu, 28 September 2014

Enam Negara Sukses Ikuti Pelatihan Film Dokumenter di STMM

Yogyakarta – Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta menggelar puncak acara ‘The Third Country Training Program (TCTP) on TV Documentary Program Production pada Jum’at (26/9). Kegiatan yang berlangsung di Studio 1 STMM ini merupakan closing ceremony yang telah diselenggarakan selama satu bulan penuh sejak awal September lalu.
Kegiatan diikuti oleh 14 peserta training dari 6 (enam) negara Asia – Afrika yaitu; Indonesia (2), Bhutan (3), Cambodia (2), Lao PDR (3), Zambia (2), & Timor Leste (2).  Hadir pula pejabat dari Kementerian Sekretariat Negara sebagai perwakilan untuk memberikan penghargaan berupa sertifikat dan CD sebagai tanda kesuksesan dan keberhasilan kepada seluruh peserta selama mengikuti masa training di STMM.
TCTP adalah agenda tahunan internasional yang diperuntukkan bagi insan pertelevisian nasional negara berkembang atau negara ketiga yang berhasil terselenggara atas kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Kementerian Sekretariat Negara. JICA sebagai asosiasi Jepang untuk dunia internasional memiliki banyak misi yang secara garis besar fokus membahas meningkatkan daya saing, mengurangi kemiskinan melalui peningkatkan ekonomi, mengaktifkan pada kegiatan global dan mencapai keamanan atau kesejahteraan sosial. Hal ini sejalan dengan visi misi negara Indonesia sebagai negara berkembang melalui lembaga pemerintahannya seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Sekertariat Negara. Tujuan dari pelatihan kali ini untuk meningkatkan kemampuan teknis dari seluruh peserta dalam proses pembuatan film dokumenter terutama dalam pengoperasian kamera.
Acara closing ceremony  ini menampilkan karya film dokumenter peserta yang telah dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dan berdurasi rata – rata 30 menit. Ketiga film dokumenter tersebut mengusung tema besar “The Developing Tourism Object to Improve Living Standard”. Dari ketiga film yang ditampilkan, satu film mengisahkan tetang kehidupan masyarakat lereng Gunung Merapi pasca meletusnya Gunung Merapi. Diambil dari sudut pandang warga yang memiliki mata pecaharian baru sebagai pemecah batu lava pijar Gunung. Film ini menjadi beda ketika kedua film lainnya membahas wilayah perkampungan batik Dipowinatan, Jogjakarta yang telah terkenal menjadi daya tarik pariwisata turis lokal maupun mancanegara.  
Acara ditutup dengan pidato singkat oleh Ms. Onyka perwakilan peserta dari Kamboja. Ia mengucapkan terimakasih kepada pihak penyelenggara dan juga menyampaikan kesan positif  bahwa telah meningkatnya kemampuan dari seluruh peserta untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan, seperti kameramen, editor, dubber, dll.  

Senin, 22 September 2014

Review Film The Devil Wears Prada

Lagi – lagi film hollywood berhasil memukau hati saya. Kali ini film yang saya ingin bahas adalah film keluaran tahun  2006 yang bertepatan pada tanggal 29 Juni. “The Devil Wears Prada” film ini memiliki genre drama – komedi dan  merupakan adaptasi langsung dari novel dengan judul yang sama yang terbit lebih dahulu pada tahun 2003 silam.  Sempat mendapat banyak penghargaan bergengsi seperti dalam ajang Golden Globe Awards sebagai Best Actrees (2007), London Film Critics ‘Circle Award’ untuk Actress of The Year (2006), dan masih banyak lagi membuat hati kita bertanya, siapakah aktris utama dalam film ini? Dan seperti apakah peran yang ia lakoni hingga membuat film ini mendapat begitu banyak perhatian ribuan pasang mata penikmat film hollywood? Ia lah Miranda Priestyly (Meryl Streep). Aktris kawakan dalam perindustrian film di kancah  internasional. Dalam film ini ia memerankan sosok editor di salah satu majalah  fashion nomer satu dan paling terpercaya di Amerika yaitu Runway. Karena majalah ini adalah majalah nomer wahid di Amerika,tak heran jika sang editor bekerja sangat disiplin, memiliki ketertarikan terhadap fashion yang sangat tinggi, dan terkenal sangat kejam dalam  memperlakukan asisten pribadinya diantara yang lain. Sebagai lawan mainnya dalam film ini ialah Andy Sachs atau akrab dipanggil Andrea (Anne Hathaway). Seorang  fresh graduate berlatar belakang jurnalis. Dan pada dasarnya, Andy tidak memiliki ketertarikan dalam dunia fashion. Namun suatu ketika terbersit dibenak Andy untuk memiliki cita – cita sebagai asisten pribadi Miranda. Karena pekerjaaan itu adalah pekerjaan yang sangat didambakan oleh setiap wanita di Amerika, bagaimana tidak? Mengenakan pakaian serba merek dari kepala hingga kaki, menghadiri acara karpet merah, pekerjaan yang sangat bergengsi tentunya. Jutaan wanita rela mati untuk mendapatkan posisi tersebut.
Konflik pada film ini bermula ketika Andy memasukkan lamaran dan melakukan wawancara dengan Miranda. Miranda sangat tidak yakin ketika melihat penampilan Andy yang sangat jadul, tidak modis, dan sedikit gemuk, sangat jauh dari kriteria penerimaan asisten pribadi sebelumnya. Namun dalam wawancara tersebut, Andy berhasil meyakinkan Miranda bahwa ia dapat mempelajari semua hal tentang fashion yang belum ia ketahui selama ini. Dan Miranda pun menerima Andy. Pada awalnya Andy merasa sangat kewalahan dan kecil hati bekerja di majalah tersebut. Andy menjadi satu – satunya pegawai yang berpenampilan sangat sederhana. Ia tidak bisa menyelesaikan  tugas yang diberikan oleh Miranda dengan baik dan tepat waktu.  Alhasil, Andy mendapat cacian  Miranda yang sangat menyakitkan hati walaupun dengan pemilihan kata yang sangat halus namun tetap menunjukkan sisi arogannya. Namun hal tersebut tidak dirasakan oleh asisten utama Miranda, Emily Charlton (Emily Blunt). Memiliki pengalaman lebih dulu untuk berhadapan dengan  Miranda membuat Emily terlihat sangat percaya diri jika membandingkan dirinya dengan Andy.Emily adalah asisten utama yang selalu mendapat pekerjaan utama oleh Miranda, seperti menemani Miranda untuk hadir dalam acara Fashion Show, dsb. Sedangkan tugas Andy hanya berkisar pada membelikan kopi di Starbucks untuk Miranda di pagi hari, sampai dengan mengambil maju milik Calvin Klein dalam waktu yang sangat terbatas.
Namun kegigihan seorang Andy merupakan suatu hal yang patut dicontoh, sampai pada hari dimana Andy meminta bantuan Nigel (Stanley Tucci) seorang Art Director Runway untuk mengubah penampilannya hingga sesuai dengan kriteria seorang yang fashionable.  Andy pun mendapat koleksi baju, tas, hingga sepatu yang semuanya berasal dari merek terkenal serta memiliki tata rias rambut yang sangat trendy. Dan benar saja, hal itu membuat seluruh karyawan Runway terkejut akan penampilannya, begitupun dengan Emily dan Miranda. Hari demi hari, Andy sudah sangat lihai melakukan semua tugas sederhananya itu yang membuat hati dingin Miranda tercuri olehnya. Tugas sederhana itu taklagi diberikan Miranda kepada Andy, melainkan kepada Emily. Hingga puncaknya Andy adalah orang yang diajak Miranda untuk  mendampinginya dalam acara Paris Fashion Week menggantikan Emily yang berhalangan hadir karena kecelakaan yang dideritanya. Hal itu sontak membuat Emily kesal. Karena menurut Emily, ialah orang yang selama ini  berjuang sangat keras untuk medapatkan tiket tersebut.  
Dari semua prestasi yang didapat Andy didunia fashion dan dimata Miranda tentunya, banyak hal yang  ia tinggalkan selama masa mengejar karir tersebut. Seperti hilangnya waktu berkualitas bersama sang pacar, sahabat bahkan ayahanda nya. Setelah menghadiri Paris Fashion Week, tiba – tiba Andy meninggalkan Miranda sendiri memasuki gedung pertemuan lainnya. Andy sadar, bahwa dunia fashion yang ia geluti saat itu adalah dunia yang tidak cocok untuk dirinya.  Hingga Andy memilih jalan untuk mengundurkan diri dari majalah Runway yang telah membesarkan namanya itu dan melamar pekerjaan yang sesuai dengan latar belakangnya yaitu sebagai jurnalis. 
Dalam durasi film selama kurang lebih 2 jam, film ini mengajarkan banyak hal kepada saya untuk selalu optimis menjalani kehidupan dimanapun saya berada. Mengajarkan saya bagaimana harus percaya diri memasuki ruang wawancara dengan pimpinan tertinggi perusahaan dan dengan tekun menjalani tugas dari pekerjaan yang kita lakukan apapun status pekerjaan yang saya miliki. Karena semangat juang yang tinggi akan membuahkan hasil sesuai dengan apa yang telah diperjuangkan. Optimis dan Tekun adalah dua pesan utama yang saya tangkap difilm ini.   

Senin, 15 September 2014

Untuk Mama

Saya terlahir sebagai seorang anak perempuan yang juga merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ketika memasuki usia remaja banyak keinginan, bahkan keluh kesah yang saya ucapkan kepada beliau. Sudah tak terhitung rasanya betapa sering saya menyakiti hati lembutnya itu.

Kini, ketika saya sudah mulai untuk hidup sendiri serta berpisah dari orangtua dan  adik dengan  menempuh pendidikan di bangku kuliah  yang berada jauh dari domisilli orang tua saya tinggal, saya menyadari betapa tidak terpujinya tindakan yang telah saya lakukan kepada mama kala itu. Saya baru tersadar betapa pentingnya peran kedua orang tua dalam  kehidupan sang anak terutama ibu yang seharusnya saya jadikan sebagai panutan dalam  menjalani kehidupan  sebagai calon ibu.

Rasa bersalah dan rindu yang mendalam kepada beliau acapkali datang menghampiri saya. Tidak ingin membuang waktu untuk segera memperbaiki perasaan bersalah yang saya rasakan, pada tahun pertama perkuliahan dimulai, adalah masa dimana saya mengeluarkan segala pikiran dan perasaan pada mama. Setiap malam datang, saya selalu menyempatkan untuk menghubungi beliau melalui telfon atau sms. Mengungkapkan permohonan maaf dari lubuk hati yang terdalam. Mengakui segala kesalahan yang telah saya lakukan  dan menyatakan bahwa saya sangat mencintai dan menyayanginya sebagaimana yang telah ia lakukan untuk saya. Terdengar suara beliau yang lembut seperti sedang menangis setelah saya mengucapkan kata I Love You untuknya.

Saat itu juga saya sadar, bahwa kebahagiaan seorang ibu terletak pada sikap dan perlakuan anaknya. Akan sangat penting bagi seorang ibu menyadari bahwa segala usaha jerih payah yang telah ia lakukan selama ini untuk mendidik anak – anaknya membuahkan hasil yang sepadan dengan perjuangannya.

Terima kasih, Ma atas segala perjuanganmu mendidik ku, yang selalu keras kepala dan lebih senang berdebat denganmu. Ratusan baris kalimat demi kalimat yang ku tuliskan pun tak akan cukup untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu. Cinta yang didasarkan pada perasaan bersyukur atas karunia Tuhan yang telah menjadikan ku anakmu yang akan engkau banggakan nantinya.  

Senin, 08 September 2014

Beranikan diri anda untuk mengemudikan kendaraan roda empat

Memilliki aktifitas yang padat, janji untuk bertemu dengan klien atau relasi tak lain adalah ciri – ciri daripada penduduk disuatu perkotaan. Memenuhi semua tugas dan tanggung jawab yang bukan main banyaknya, mulai dari tugas sebagai pelajar / mahasiswa, karyawan, istri, sampai ibu itu semua adalah tugas yang penyelesaiannya tidak bisa ditunda – tunda. Semakin cepat tugas tersebut diselesaikan, maka semakin cepat pula lah hutang atas tugas tersebut hilang dari pundak anda.  Dalam proses penyelesaian akan tugas tersebut, hal itulah yang bisa kita namakan tingkat mobilitas yang tinggi yang dimiliki oleh setiap penduduk yang menempati wilayah perkotaan.  Karenanya, menjadi seorang yang mandiri dalam pengertian mampu menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara optimal dan sesuai dengan kemampuan pribadi  adalah  tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh banyak orang.
Berbagai macam teknologi hadir sebagai sahabat setia manusia untuk membantu melancarkan setiap tugas yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam kasus tingginya tingkat mobilitas yang dimiliki oleh setiap penduduk kota, berbagai macam jenis kendaraan hadir menjadi solusi. Mulai dari roda dua hingga roda empat yang memiliki fasilitas dan tingkat kenyamanan yang berbeda.
Dalam artikel ini, saya akan mengajak para pembaca untuk memberanikan diri untuk belajar mengemudikan kendaraan roda empat atau mobil.
Bagi sebagian orang, mobil masih merupakan suatu kebutuhan yang memiliki sifat tersier. Sehingga tidak ada keterdesakan dalam pemenuhannya. Selain itu, keberanian orang untuk bisa mengemudikan mobil masih sangat kecil porsentase nya dibandingkan dengan yang mengemudikan motor.    Kurangnya pemahaman akan keramahan penggunaan mobil juga menjadi salah satu penyebab dari sedikitnya minat keberanian untuk bisa mengemudikan mobil. Padahal, seperti yang kita tahu kendaraan roda empat ini akan sangat membantu anda untuk bisa bermobilitas dengan aktif tanpa perlu khawatir akan cuaca yang akan terjadi selama perjalanan. Selain itu, anda bisa bergabung dengan teman atau partner terbaik yang anda ingini dalam satu mobil saja sesuai dengan kapasitas yang telah disediakan.

Berikut adalah tips – tips yang sekiranya akan membantu anda untuk membulatkan tekad agar dengan segera dapat mengemudikan mobil dengan lancar;
1. Tanamkan dalam diri anda bahwa mobil adalah kendaraan yang ramah dalam penggunaannya baik untuk yang sudah terbiasa megemudi ataupun pemula
2. Mobil lebih memiliki keuntungan yang banyak dibandingkan dengan motor. Seperti, tingkat keamanan, kenyamanan, dan memiliki banyak fungsi dalam satu kali pemakaian (Transportasi, entertainment, dll)
3. Jika anda belum memiliki uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil pribadi, jangan malu dan takut untuk belajar mulai dari mobil teman terdekat atau mengikuti kursus menyetir mobil sampai berhasil dan mendapatkan SIM kategori A.
4. Mengemudikan mobil tidak terdapat perbedaan kompleks dengan kendaraan lainnya. Namun anda harus ingat bahwa anda sedang menemudikan kendaraan yang berukuran cukup besar sehingga perhitungan akan luas dan lebarnya jalanan harus anda perhatikan secara detail.
5. Ketahuilah, bahwa dengan mahir mengemudikan mobil, anda dapat melatih daya ingat rute – rute perjalanan. Yang biasanya anda mengandalkan supir pribadi atau supir kendaraan umum, kini anda harus menggunakan memori otak anda untuk membawa ke rute yang dituju dengan benar. Selain itu dapat membantu meningkatkan refleks tubuh terhadap gerakan serta mengatur emosi dengan baik
6. Yang terakhir adalah, katakan dalam hati anda dengan mahir mengemudikan mobil anda adalah orang yang memiliki nilai lebih dilingkungan anda karena anda bisa jadi orang yang dinilai dapat dengan mandiri menyelesaikan berbagai kepentingan pribadi maupun instansi.