Senin, 29 Desember 2014

Resensi Buku ; Analisis Pers; Teori dan Praktik


Judul Buku                  : Analisis Pers: Teori dan Praktik
Penulis                         : Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D
Penerbit                       : Cahaya Atma Pustaka
Tahun Terbit                : 2011
Tebal Halaman            : 248 halaman
Harga Buku                 : Rp 35.000,-



            Tidak semua orang menggemari kegiatan membaca sebuah buku. Padahal dengan membaca buku, kita dapat mengetahui banyak hal mengenai yang terjadi di dunia ini baik yang ada disekitar kita maupun yang berada jauh disana. Tanpa membaca buku pun, dunia terasa sempit bagaikan daun kelor. Oleh karena itu, banyak penulis buku yang menulis buku dengan sebaik – baiknya serta berbagai perancang sampul buku yang mendesign sampul buku tersebut menjadi lebih menarik sehingga ‘menyihir’ para pembaca untuk membaca buku tersebut.
            Buku – buku mengenai teori serta beberapa hal mengenai kehidupan dunia jurnalistik pun sudah banyak dipasarkan. Namun, kesadaran bagi kaum muda untuk bergelut dibidang jurnalistik masih terbilang minim. Banyak dari mereka tidak mengerti bagaimana cara menjadi jurnalis yang baik. Banyak juga yang hanya bisa mengandalkan teori semata tanpa pernah melakukan praktiknya dan begitu juga sebaliknya. Adapun yang sudah mulai mencoba menjadi pers didunia massa namun hanya sekadar ‘menjadi’ tanpa belajar untuk menjadi pers yang baik.
            Buku berjudul ANALISIS PERS: TEORI DAN PRAKTIK ini mengantarkan kita kedalam sebuah pemahaman mengenai bagaimana menjadi seorang jurnalis yang baik melalui analisis – analisis pers selama ini. Didalam buku ini terdapat contoh kongkret bagaimana cara menganalisis pers. Informasi – informasi yang terdapat didalamnya melengkapi konsep dan prinsip dasar pers. Tidak hanya itu, melalui buku ini juga penulis ingin mengajak kita untuk tidak hanya sekadar memahami mengenai teori saja, tetapi juga untuk menuliskan hasil pengamatannya.
            Didalam buku ini mengulas beberapah hal mengenai aktivitas pers, faktor ekonomi pers, kiat – kiat dalam menyajikan berita, sistem pers, kontrol dalam kehidupan pers, ukuran eksistensi sebuah pers, hingga contoh hasil analisis pers. Pembahasan dalam buku ini sebagian besar bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari banyak orang mengenai asal mula analisis pers. Selain itu juga untuk menuntun para mahasiswa agar dapat menganalisis pers dengan baik.
            Walaupun terbilang masih baru karena belum lama terbit, namun buku ini sudah mampu membuat sebagian pembacanya terhipnotis dan tertarik untuk mulai menjadi seorang jurnalis. Dari segi tampilan fisik pun, buku ini bisa dibilang cukup menarik mata pasaran  pembaca. Sampul berwarna merah marun dengan gambar TV, kamera, serta radio yang memang identik menggambarkan pekerjaan jurnalis pun cukup membuat mereka yang tertarik dengan bidang jurnalistik tergoda untuk membacanya. Ukuran buku yang standar (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) serta ketebalan buku yang wajar membuat pembaca tidak sulit untuk menjangkau isi dari buku ini. Mengenai kebaruan dan aktualisasi buku ini cukup terangkat mengingat buku ini baru saja diterbitkan tahun ini dan contoh – contoh peristiwa yang disajikan pun masih terbilang hangat untuk dibicarakan.
            Sayangnya, dalam buku ini tidak memunculkan ilustrasi gambar yang menarik sehingga membuat pembaca mudah bosan dan tidak tertarik untuk membaca buku ini hingga selesai. Selain itu, pemilihan kata juga penggunaan bahasa yang berat menjadikan para pembaca awam sulit menjangkau makna dari isi buku tersebut. Pemilihan kata yang terlalu kaku membuat mahasiswa yang memang menjadi sasaran utama buku ini mudah bosan dan tidak tertarik untuk membacanya.
            Lebih lanjut mengenai susunan dan rangkaian isi, buku ini terbagi menjadi beberapa sub bab. Beberapa sub bab mengangkat topik tersendiri sesuai dengan judul pokok dari buku. Buku ini juga disertai dengan daftar pustaka yang lengkap serta data – data yang memadai untuk menghadirkan informasi seputar pers yang memang pembahasan pokok dari buku ini.

            Oleh karena itu, jelaslah sudah bahwa buku ini cukup dianjurkan untuk dibaca karena memiliki nilau guna yang tinggi. Buku ini cukup memberikan berbagai informasi lengkap mengenai pers yang akan membuat pembacanya well informed. Dengan membaca buku ini, kita jadi dapat memahami lebih banyak mengenai bagaimana menjadi pers yang baik serta tahu cara menganalisis pers terutama bagi mereka yang tertarik dibidang jurnalistik.

Resensi Buku : Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993 - 1996


Judul Buku   : Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993-1996
Penulis          : Ahmad Bahar
Penerbit        : Pena Cendekia, Jl. Pandean II, Condong Catur, Yogyakarta
Tahun Terbit : 1996
Tebal Hal.     : 172

Membaca sebuah buku merupakan hal yang tak semua orang gemari. Namun tanpa membaca buku dunia terasa sempit bagaikan daun kelor. Oleh karenanya banyak penulis yang berusaha menyusun buku dengan sebaik-baiknya, banyak pendesain sampul yang berusaha mengemas buku tersebut menjadi menarik agar mampu menyita pasar pembaca. Salah satunya dengan membaca buku biografi tokoh agar kita mampu meneladani jasa-jasa yang telah beliau berikan.
Buku yang berjudul Biografi Politik MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 1993-1996 ini mengisahkan tentang sesosok politikus wanita dalam ranah perpolitikan tanah air yang menarik untuk disimak. Dan ternyata  putri presiden pertama RI Soekarno yakni Megawati Soekarno Putri mampu menjadi figur pemimpin wanita yang pandai berpolitik di tengah gencangnya pesta perpolitikan Indonesia.
Mengamati fenomena Megawati adalah cerminan dari kehidupan politik itu sendiri sehingga sangat mungkin banyak orang ingin mengetahui lebih jauh siapa Megawati itu sesungguhnya. Buku biografi ini dibuat untuk mencoba mengetahui lebih jauh sosok serta figur Megawati dalam kiprahnya dalam kehidupan politik di tanah air.
Walaupun tercetak dan terbit beberapa tahun yang lalu, dari segi tampilan fisik buku ini mampu menarik simpati para pembacanya. Artinya, kover buku jelas, berwarna merah menyala, layout bergambar sosok Megawati dengan mengangkat tangannya, menunjukan ilustrasi yang kuat akan figur politik yang terbakar api semangat perjuangan. Beberapa ilustrasi gambar lucu dan penuh makna tersirat pun disajikan dalam setiap rentang halaman. Ukuran buku standar tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil serta ketebalan halaman yang mudah dijangkau oleh setiap pembaca dalam memahami isi buku tersebut. Sayangnya, karena dicetak belasan tahun yang lalu jenis kertas sangat usang sehingga kurang menyempurnakan tampilan buku ini.
Dalam hal penyusunan kalimat secara teknik, buku ini menggunakan ejaan masa kini bukan tempo dulu, penulisan tanda baca tepat, pemilihan kata menggunakan KBBI yang benar, gaya penulisan yang sesekali menggunakan majas, terdapat sedikit istilah asing atau kata serapan seperti priyayi, dawuh dan istiqomah namun diberi keterangan berikut penjelasan, serta isinya disusun secara runtut. Akan tetapi mengenai kebaruan atau aktualisasi buku ini kurang terangakat,  karena buku ini bercerita tentang biografi atau riwayat hidup seorang tokoh bukan mengenai isue yang sedang berkembang hangat saat ini.
Lebih lanjut mengenai susunan dan rangkaian isi, buku ini terbagi menjadi beberapa sub bab. Setiap sub bab mengangkat judul topik tersendiri sesuai dengan judul pokok buku. Buku ini juga disertai daftar pustaka yang lengkap serta data-data yang memadai untuk menghadirkan informasi seputar Megawati, meskipun catatan-catatan tertentu tidak diberikan.

Oleh karena itu jelaslah sudah bahwa dengan membaca buku Biografi Megawati, pembaca sangat diuntungkan karena dapat memetik nilai guna yang terkandung di dalamnya. Buku tersebut mencoba menjawab sejumlah pertanyaan dan secara cerdas menjelaskan siapa Megawati sebenarnya. Dengan membaca buku tersebut pembaca sedikit memahami apa saja yang dilakukan Megawati dalam memajukan negeri ini meski berperan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Disamping itu, buku yang didesain oleh Team Pena ini juga mampu menampilkan bacaan yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

Pekerjaan Tidak Mengenal Usia

Feature
                  Seperti biasanya, suasana kota Yogyakarta pagi itu cukup ramai dengan mereka yang ingin memulai aktivitasnya masing – masing. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang serta para pejalan kaki yang memilih untuk tidak menggunakan kendaraan dalam aktivitasnya menambah kepadatan suasana kota Yogyakarta kala itu. Terutama ketika melewati perempatan maupun pertigaan lampu lalu lintas. Banyak sekali dijumpai bermacam – macam seniman jalanan dari berbagai usia mulai dari yang berusia dewasa hingga anak kecil sekalipun. Mereka sudah berusaha mencari nafkah dari pagi meskipun dengan caranya yang beraneka ragam. Bernyanyi dari satu kendaraan ke kendaraan lain, berjoget untuk menghibur para pengguna jalan, memainkan berbagai macam seni tradisional Indonesia (seperti kuda lumping contohnya), hingga hanya memainkan alat musik sederhana sekalipun mereka lakukan demi mencari sesuap nasi.
            Kini pemandangan – pemandangan seperti halnya seniman – seniman jalanan hingga pengemis pun sudah sangat sering dijumpai diberbagai sudut jalan. Sudah tidak asing lagi apabila melihat banyaknya para masyarakat minoritas yang mencari nafkah dijalanan, bahkan anak dibawah umur pun sudah mulai dipaksa untuk ikut mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya. Sangat memprihatinkan melihat anak yang seharusnya menuntut pendidikan dibangku sekolah justru malah berkeliaran dijalan, mendatangi satu kendaraan ke kendaraan lain, serta meminta belas kasihan para pengguna jalan untuk mendapatkan sesuap nasi.
            Terlihat banyak sekali anak – anak dibawah umur yang berkeliaran diajalanan mencari uang untuk makan mereka hari itu. Hal tesebut sungguh sangat menggunggah hati para pengguna jalan terutama ketika ada yang bertanya mengapa mereka berada disana dan bukannya berada dibangku sekolah, justru mereka dengan polosnya menjawab, “bagaimana bisa saya bersekolah jika untuk makan saja saya masih harus bersusah payah untuk mendapatkannya”. Jawaban yang singkat namun mampu menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Namun apapun alasan mereka, tidak seharusnya mereka berada dijalanan untuk mencari nafkah karena belum saatnya anak seusia mereka melakukan hal tersebut. Pendidikan yang seharusnya menjadi prioritas utama mereka justru malah mereka kesampingkan demi pekerjaan yang bukan selayaknya mereka lakukan.
            Terkadang, pihak orangtua bukannya melarang mereka untuk mencari nafkah justru malah memaksa mereka untuk melakukan hal tersebut. Orangtua yang menganggap pendidikan tidaklah lebih penting dari uang seringkali memperbudak anak – anaknya untuk membanting tulang mencari nafkah demi kebutuhan sehari – hari keluarga mereka. Pernah suatu hari terlihat seorang anak mengeluh kepada orangtuanya atas perilaku tersebut. Anaknya berkata, “kenapa harus saya yang bekerja seperti itu, bu? Saya ingin bersekolah selayaknya anak – anak lain seusia saya.” Dan dengan cueknya sang ibu menjawab, “kalau memang kamu ingin sekolah, carilah uang yang banyak dan jangan membantah!”
            Hal seperti ini haruslah menjadi perhatian pemerintah saat ini. Para anak – anak yang seharusnya berada dibangku pendidikan justru malah berkeliaran luntang lantung dijalanan mencari segelintir uang untuk makan sehari – hari. Bagaimana mungkin negeri ini bisa maju jika para bibit penerus bangsa saja tidak dapat merasakan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Disinilah peranan pemerintah harus diciptakan. Bukan hanya sekadar perihatin, namun juga seharusnya pemerintah menegaskan kebijakan yang menjadikan anak – anak jalanan tersebut berada dibangku pendidikan bukannya justru malah berada dijalanan. Tanpa mereka, Indonesia akan kehilangan bibit – bibit penerus bangsa dimasa depan